Deras hujan masih membasahi dedaunan yang kini menghiasi pohon ciptaan Sang Ilahi yang sungguh Maha Besar. Di rumah yang dengan dinding yang dihiasi dengan warna hijau sejuk terlihat kilatan kecil cahaya kekaguman akan rintik-rintik hujan yang kini membasahi halaman rumahnya. Sudah lama agaknya anak perempuan yang satu ini memperhatikan setiap titik-titik air hujan yang turun memandikan tanaman di halaman rumahnya. Rambut indahnya terurai hingga bahu dan ia menopangkan kedua tangannya pada dagu mungilnya yang kini bersandar di samping terali besi jendela yang kian beruap karena embun hujan.
Hanya sepersekian detik, ia melihat langit-langit dan menyaksikan keagungan Tuhannya yang kini memperlihatkan kuasanya. Kilatan cahaya petir yang menyambar di langit yang gelap itu, membuatnya tersentak. Memang hanya sekilas datang dan perginya, namun cukup membuat takjub anak perempuan yang kini sedang asyik menikmati dinginnya suasana seperti ini. "Subhanallah.." ucapnya dalam hati melihat kilatan yang sungguh menakjubkan itu. Memang bukan kuasanya untuk mengatur apa yang akan terjadi dan apa yang ia lihat nanti. Tetapi itu milik Allah, Tuhan Semesta Alam yang kini selalu dikagumi dan dicintainya.
Nurunnissa, cahaya wanita. Itulah nama yang indah untuk seorang anak perempuan yang cantik dan memang hidup dalam lingkungan orang yang "berada". Dengan baju hijaunya yang membuat segar siapa saja yang memandangnya, ia masih duduk termenung di samping jendela kamarnya yang kini memperlihatkannya keadaan yang terjadi di halaman rumahnya yang ditumbuhi tak sedikit tanaman-tanaman hias milik bundanya. Hujan memang selalu mengundang hati Nissa untuk mengagumi setiap butiran air yang turun dari langit untuk memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
"Nissaaa..." terdengar suara sayu memanggil nama perumpuan yang kini duduk memandang ke arah luar jendela kamarnya. Bunda. Ya, Nissa hafal betul itu suara bundanya, dan ini memang waktunya makan siang. Selalu saja begitu, Nissa anak periang yang aktif namun nafsu makannya agak kurang dan kadang susah untuk makan teratur, karenanya sejak kelas 2 SMP Nissa sudah terkena penyakit Mag. Tetapi bundanya tak pernah lelah untuk mengingatkan anak bungsunya itu untuk makan teratur. Jika tidak, Nissa bisa masuk rumah sakit lagi karena penyakitnya kambuh karena Mag nya sudah memasuki stadium 2.
"Iyaa Bundaa.. Sebentar lagi.." Nissa menjawab panggilan bundanya. Tubuh Nissa masih berkutat di atas kasur birunya yang kini bercorak bintang-bintang malam. Matanya kini tak menuju ke arah luar jendela lagi. Melainkan Jam dinding yang terpasang rapih sekitar 1 meter di atas komputernya. Jarum pendek menuju ke angka satu dan jarum panjangnya tepat di angka tujuh. Dengan agak enggan Nissa memcoba mengangkat tubuhnya dan segera turun untuk memenuhi panggilan ibunya tadi.
Selasa, 18 November 2008
~cerbung~ Pesan Bunda
Published :
23.37
Author :
tYaRa_poTter nieh
Langganan:
Postingan (Atom)
My Twitter Timeline
Mengenai Saya
- tyarapotter
- Im indonesian girl who love to learn new things. Travel, Culinaire, New Culture and hangout with new friends it makes me happy :) so lets be friend!